Jum'at, 25 Februari 2011
Gambar: ilustrasi
COLORADO - Seorang profesor mengatakan bahwa jilatan api Matahari terbesar terjadi dalam sebuah badai angkasa terbesar pada 15 Februari silam, setidaknya dalam waktu empat tahun terakhir dan telah mengganggu beberapa jalur komunikasi di Bumi.
Profesor Daniel Baker dari University of Colorado Boulder, seorang ahli cuaca angkasa, mengatakan kalau badai angkasa sangat mempengaruhi jalur komunikasi di Bumi. Demikian seperti yang dikutip dari Cellular News, Jumat (25/2/2011).
"Jilatan api yang diklasifikasikan sebagai Class X pada kejadian tanggal 15 Februari telah memuntahkan miliaran ton partikel ke Bumi yang disebut sebagai 'penyemburan koronal massal' dan memicu badai geomagnetik di ladang magnetik di Bumi," ujar Profesor Baker.
Penyemburan energi dalam skala besar tersebut dapat menyebabkan berbagai variasi masalah sosioekonomik dan keamanan mulai dari kekacauan sistem navigasi udara.
"Matahari kembali hidup. Karena selama beberapa tahun terakhir aktivitas matahari selalu 'diam'," jelas Profesor Baker.
"Dari sudut pandangan ilmuwan, jilatan api Class X, adalah jilatan api matahari yang paling kuat," ungkap Profesor Baker
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), beberapa lagi penyemburan koronal massal akan mencapai atmosfir Bumi dalam kurun waktu dua hari ke depan.
"Ketergantungan manusia akan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih rentan akan efek cuaca angkasa. Akan tetapi para ilmuwan kini telah membuat beberapa langkah postif terhadap fenomena ini," kata Profesor Baker.
"Akan sangat menarik melihat bagaimana sistem teknologi manusia akan bertahan terhadap kerasnya cuaca angkasa, dan bisa membangun teknologi komunikasi yang kuat, sebagaimana aktivitas matahari akan kembali meningkat," tutup Profesor Baker.
(srn)
Profesor Daniel Baker dari University of Colorado Boulder, seorang ahli cuaca angkasa, mengatakan kalau badai angkasa sangat mempengaruhi jalur komunikasi di Bumi. Demikian seperti yang dikutip dari Cellular News, Jumat (25/2/2011).
"Jilatan api yang diklasifikasikan sebagai Class X pada kejadian tanggal 15 Februari telah memuntahkan miliaran ton partikel ke Bumi yang disebut sebagai 'penyemburan koronal massal' dan memicu badai geomagnetik di ladang magnetik di Bumi," ujar Profesor Baker.
Penyemburan energi dalam skala besar tersebut dapat menyebabkan berbagai variasi masalah sosioekonomik dan keamanan mulai dari kekacauan sistem navigasi udara.
"Matahari kembali hidup. Karena selama beberapa tahun terakhir aktivitas matahari selalu 'diam'," jelas Profesor Baker.
"Dari sudut pandangan ilmuwan, jilatan api Class X, adalah jilatan api matahari yang paling kuat," ungkap Profesor Baker
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), beberapa lagi penyemburan koronal massal akan mencapai atmosfir Bumi dalam kurun waktu dua hari ke depan.
"Ketergantungan manusia akan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih rentan akan efek cuaca angkasa. Akan tetapi para ilmuwan kini telah membuat beberapa langkah postif terhadap fenomena ini," kata Profesor Baker.
"Akan sangat menarik melihat bagaimana sistem teknologi manusia akan bertahan terhadap kerasnya cuaca angkasa, dan bisa membangun teknologi komunikasi yang kuat, sebagaimana aktivitas matahari akan kembali meningkat," tutup Profesor Baker.
(srn)
0 komentar:
Posting Komentar